Aku Mau Ngentot Ahh...

Cerita Ngentot ~ Ini adalah tentang kisahku dengan Sonny yang kukenal secara tidak sengaja. Bagi pembaca yang belum tahu kisahku dengan Sonny, silakan membaca ceritaku terdahulu. Bagiku Sonny adalah cowok yang paling kuidamkan, di usianya yang ke 40 saat kukenal dia, Sonny cukup matang dan dewasa, orangnya penuh pengertian dan dapat membuatku benar-benar jatuh dalam pelukannya. Rumah tangga Sonny sebenarnya baik-baik saja, istrinya cukup cantik dan mereka dikarunia seorang putra yang cukup ganteng dan lucu.

*****

Pagi itu sebenarnya aku libur, lewat SMS seperti biasanya, aku selalu kontak dengan Sonny. Kami hari ini merencanakan untuk bertemu, aku pamit pada kedua orang tuaku akan berjalan-jalan ke Plaza Surabaya dan aku minta didrop di sana. Pada pukul 10 aku tiba di Plaza Surabaya dan langsung masuk ke dalam dan berjalan ke belakang, tujuanku adalah ke Hotel Radizon yang sekarang sudah berganti nama menjadi Plaza Hotel, letaknya di bagian dalam gedung Plaza Surabaya, karena memang aku sudah janji dengan Sonny akan bertemu di sana.

Aku segera saja masuk dan menuju coffee shop yang terletak di sebelah kiri lobby. Sonny sudah menungguku di sana sambil minum kopi. Begitu melihatku Sonny langsung berdiri menyambutku sambil menggandengku menuju lift. Kepada waiters Sonny minta agar billnya dimasukkan ke tagihan kamarnya. Rupa-rupanya Sonny sudah terlebih dahulu check in di hotel tersebut, kami langsung menuju lantai sebuah sweet room di lantai 3.

Dalam kamar, Sonny langsung memeluk dan menciumku, bibirku yang mungil tipis dikulumnya lembut. Kami saling berpagutan, lidah Sonny dijulurkan ke dalam rongga mulutku, kuterima dan kukulum lidahnya, demikian pula sebaliknya saat lidahku yang kecil bila dibandingkan lidah Sonny yang besar dan sedikit kasar kujulurkan ke dalam rongga mulut Sonny, langsung saja lidahku dikulumnya dengan penuh gairah.

Tangan kami saling meraba. Saat itu aku menggunakan hem agak longgar. Dibukanya satu persatu kancing bajuku, dadaku pun akhirnya terbuka dan payudaraku terpampang jelas karena aku memang tidak memakai BH. Pada ceritaku terdahulu sudah pernah kuceritakan bahwa memang sejak kecil aku tidak terbiasa memakai BH sehingga sampai kini usiaku sudah 28 tahun pun aku tetap tidak pernah memakai BH, namun saat kejadian yang kuceritakan ini, usiaku masih 23 tahun.

Sonny menggiringku lebih masuk ke dalam kamar, bibirnya masih tetap melumat bibirku dan tangannya langsung saja melepaskan hem yang kukenakan hingga bagian atas tubuhku sudah tidak tertutup oleh sehelai benang pun. Sonny langsung merebahkan diriku ke tempat tidur tanpa melepaskan lumatannya sedangkan tangan kanannya meremas-remas payudaraku. Badannya sedikit menindih dada kananku. Remasan tangan kanannya di payudaraku membuatku horny hingga rok miniku yang lebar bagian bawahnya yang kukenakan sedikit terangkat ke atas saat aku rebah di tempat tidur.

Aku yang sudah mulai horny langsung melucuti hem yang dipakai Sonny. Sonny juga membantuku melepaskan bajunya dengan mulutnya tetap melumat habis mulutku. Setelah itu kubuka kancing celana Sonny. Tangan Sonny berhenti sejenak menggerayangiku, dia melepaskan sendiri celana berikut CD yang dipakainya hingga kini Sonny sudah telanjang bulat di hadapanku. Batang kemaluannya yang besar kupegang dan kuremas-remas. Cepat sekali dia ereksi. Batangnya sudah mengeras sangat tegang sekali, kepalanya besar dan mengkilat, panjangnya sekitar 17 centimeter.

Tangan kanan Sonny kembali meremas-remas payudaraku, bibirnya kini menciumi leherku sambil memberikan gigitan-gigitan kecil, paha kanannya ditumpangkan ke paha kananku, lututnya digesekkan ke atas pahaku hingga membuat rokku tersingkap dan CD mini berenda yang kupakai jelas terlihat, warnanya merah maroon berbentuk renda seukuran satu jari melingkar di pinggangku, di bagian belakang tersambung renda dengan ukuran yang sama turun melingkari selangkanganku melalui belahan pantatku, tepat di bagian yang menutupi liang vaginaku terbuat dari secarik kain tipis tembus pandang, bentuknya seperti kain kasa yang ukurannya hanya selebar ukuran dua jari saja.

Saat rok miniku tersingkat ke atas, bagian depan CD-ku terpampang jelas, tampak sekali bulu-bulu halus rambut kemaluanku yang tersembul di dalam CD-ku yang transparan itu, selebihnya menyembul keluar lewat sela-selanya. Lutut Sonny menggesek naik ke atas tepat mengenai bagian luar vaginaku yang sudah mulai berlendir, sementara bibirnya menciumi bagian-bagian telingaku, lidahnya dijulurkan menjilati punggung telingaku, lubang telingaku pun dijelajahinya.

Tangan kanan Sonny turun dari payudaraku menuju rok mini yang kukenakan. Dengan piawai dia membuka pengait dan sekali sentak terlepas sudah, kini aku hanya tinggal memakai CD yang tidak ada artinya sebagai penutup tubuhku. Tangan Sonny langsung merogoh kelaminku dari atas celah CD yang kupakai, menyusup turun hingga mengenai bulu kemaluanku, ujung jarinya dimain-mainkan di bagian atas vaginaku menyentuh klitorisku. Dengan sengaja dikuak-kuakkannya ujung jarinya hingga aku menghentak-hentakkan kakiku.

Pantatku kugesekkan ke atas dan ke bawah mengikuti irama gesekan jari Sonny. CD-ku yang dianggapnya sebagai penghalang langsung diperosotkan ke bawah dan kubantu melepasnya dengan menggunakan jari kakiku. Kini kami sama-sama telanjang bulat tanpa sehelai benang pun yang menutupi tubuh kami, mungkin layaknya Adam dan Hawa waktu dulu. Jilatan Sonny turun ke bawah dan berhenti di payudaraku, lidahnya menggelitik puting susuku yang ranum dan berwarna sedikit merah muda, buah dada kebanggaanku habis dilumatnya. Sonny pandai mencari G Spotku, semua celah habis dijilatnya.

Tangan kanannya setelah selesai melepas CD-ku langsung bergerilya di selangkanganku. Kakiku kukangkangkan lebar-lebar sambil merasakan nikmatnya belaian tangan Sonny di vaginaku. Jari-jarinya yang besar menggosok-gosok bagian luar vaginaku, mengenai bibir vaginaku dan jari tengahnya sengaja dimain-mainkan di atas klitorisku sehingga vaginaku benar-benar dibuat becek olehnya sehingga terkadang terdengar bunyi kecipak.

Tangan kananku tak mau ketinggalan untuk meremas dan mengocok batang kemaluan Sonny. Ciuman Sonny terus turun menuju perutku, lidahnya dimainkan di pusarku hingga aku mencapai puncak kenikmatan. Sementara tangan kananku masih menggenggam batang kemaluan Sonny, tangan kiriku menjambak rambut kepala Sonny. Aku pun akhirnya menyerah sambil melengking panjang..

“Aaa.. Aacch! Son..! Aku orgasme sayang..”

Serta merta Sonny memegang kedua lututku. Dengan telapak tangannya didorongnya lututku ke atas dan dikangkangkannya pahaku lebar-lebar sehingga bagian vaginaku terpampang jelas. Kepala Sonny diarahkannya ke selangkanganku, mulutnya langsung menyerbu mulut vaginaku, bibir vaginaku dijilatinya, semua cairan yang ada dijilat dan langsung ditelannya sampai habis. Seakan tidak puas, Sonny menjulurkan lidahnya menjilat belahan pantatku hingga lubang anusku, tak ketinggalan liang vaginakupun menjadi sasaran lidahnya yang dijulurkan dan ditusuk-tusukkan.

Nafsuku pun dengan cepat naik kembali. Gila..! Sonny rupanya benar-benar ingin membuatku mati lemas keenakan, bibir mulutnya mencium bibir vaginaku, lidahnya dijulurkan ke dalam mengorek-ngorek isi vaginaku, dinding bagian dalam vaginaku disentuh dengan lidahnya, sekarang digesekkan naik turun kemudian klitorisku dikulum-kulum, dijepit dan ditarik-tarik menggunakan bibirnya, jari telunjuknya ditusukkan ke liang vaginaku. Pertama memang agak sedikit sulit namun akhirnya masuk juga, di dalam liang vaginaku, ujung jarinya mengorek-ngorek isi vaginaku.

“Ooo.. Oocch! Soo.. Oonn! Ampun Son! Aduu.. Uuh! Teruu.. Uus! Son! Gila kamu! Aa.. Aacch!”

Aku orgasme untuk kedua kalinya. Sementara Sonny tetap melumat vaginaku, kembali seluruh lendir yang mengalir keluar dari dalam vaginaku dihisap habis olehnya. Sonny tidak ingin aku beristirahat, dia merangkak naik mencium bibirku, terasa bibirnya ada sedikit rasa asin sisa lendir vaginaku yang dijilatinya tadi.

Tangan kanannya kembali meremas-remas puting susuku, sementara itu aku merasakan benda lunak menempel di bibir vaginaku. Dengan tangan kirinya Sonny menuntun batang kemaluannya agar tepat di pintu masuk vaginaku. Setelah tepat langsung didorongnya. Dan.. Slee.. Eep! Slee.. Eep!, demikian suara gesekan batang kemaluan Sonny keluar masuk di dalam liang senggamaku. Sonny mengganjal pantatku dengan bantal sementara penisnya terus memompa maju-mundur mengocok vaginaku. Rasanya bukan main

“Aduu.. Uuh!”, seruku enak sekali, karena sambil tetap mengocokkan batang kemaluannya, ibu jari tangan kanan Sonny ditempelkan ke klitorisku dan digesek-gesekkannya, sementara tangan kirinya meremas-remas payudaraku sambil juga memilin-milin puting susuku.

“Ooo.. Ooh! Son! Aku sudah hampir orgasme lagi”.
“Sebentar sayang! Kita keluarkan sama-sama”, kata Sonny sambil mempercepat genjotannya, juga gesekan ibu jarinya di klitorisku, aku hanya bisa menggeleng dan membanting kepalaku ke kanan dan ke kiri, dan..
“Oo.. Oocch! Uu.. Uucch!”, akhirnya kami orgasme secara bersamaan.

Aku tergolek lemas sementara Sonny tetap memelukku, hanya badannya miring sedikit di sampingku sehingga aku tidak tertindih oleh berat badannya, dan kami pun sama-sama tertidur pulas dalam keadaan sama-sama masih bugil. Sementara selangkanganku masih basah dan belepotan oleh cairan yang sedikit kental, itu adalah cairan cinta kami berdua yang sama-sama tumpah keluar hingga membanjiri selangkanganku dan sprei di bawah pantatku. Sisa cairan itu masih terasa mengalir pelan dari dalam liang vaginaku, mengalir keluar melalui celah pantatku turun hingga mengenai lubang anusku.

*****

Cerita ini khusus kupersembahkan buat seseorang yang namanya kusamarkan menjadi Sonny, tapi aku tak yakin Sonny akan membaca tulisanku ini, karena aku tahu dia bukan type laki-laki yang hobby menjelajah ke situs-situs sex seperti ini, namun siapa tahu secara kebetulan Sonny yang kumaksud tanpa sengaja menemukan situs ini dan membaca ceritaku, karena aku dulunya juga secara tidak sengaja menemukan situs ini setelah seseorang yang tak kukenal, iseng mengirimkan URL-nya ke emailku. Aku hanya ingin mengutarakan pada Sonny bahwa dia memang luar biasa dan hebat..!

TAMAT


Kenikmatan Malam Itu

Daun Muda Seks ~ Aku baru saja lulus kuliah dan mendapatkan gelar sarjana S1 untuk bidang Teknik Mesin. Berkat bantuan orang tuaku, aku berhasil mendapatkan panggilan untuk bekerja di sebuah perusahaan mesin di Norwegia karena rekan orang tuaku mempunyai bagian saham di perusahaan tersebut. Aku ingat saat kelulusanku, ternyata Winnie, salah seorang temanku dari Fakultas Hukum juga telah menyelesaikan studinya. Usia Winnie terpaut satu tahun dibawahku dan aku berkenalan dengannya sejak masih tahun pertama dia masuk kampus.

Winnie seorang gadis yang menarik dengan kulit bersih dan wajah yang cantik mulus. Rambutnya bergelombang dan indah. Tubuhnya langsing dengan pinggang yang ramping. Payudaranya montok, padat dan penuh. Sangat proporsional dengan tubuhnya sehingga sangat menggiurkan bagi banyak lelaki. Entah mengapa, Winnie tampaknya sangat memujaku. Aku sendiri kurang menyukai sifatnya karena menurutku Winnie terlalu lincah dan aktif, dan lagi dia bukan tipe gadis yang kusukai. Tapi harus kuakui kalau secara fisik Winnie benar-benar membuatku terpesona. Teman-temanku berkata bahwa aku bodoh karena tidak menanggapi Winnie. Menurut mereka aku cukup tampan, apalagi orang tuaku tergolong berharta. Winnie pun berasal dari keluarga yang berkecukupan. Namun aku biasanya mengabaikan mereka untuk hal yang satu ini.

Malam hari sebelum berangkat ke Norwegia, aku berjalan-jalan dengan motorku untuk melepas stres. Sampai lewat jam 11 malam aku berada di suatu taman kota, yang kebetulan sekali berada di dekat tempat tinggal Winnie. Dan anehnya, saat itu Winnie sendirian melintas di depan taman tersebut, seorang diri saja. Dia hanya memakai T-Shirt dan celana pendek. Dan begitu melihatku, dia langsung menegur dengan riangnya, “Hei, Zal! ngapain lo di sini malem-malem gini? mau ngerampok ya?”
Aku cuma tersenyum sekilas, lalu menjawab, “Nggak.. Lagi ngilangin pusing. Lo sendiri ngapain?”
“Gue baru dari warung di sana, beli handyplast. Tangan gue luka. Nih, liat aja! Cuma luka kecil sih..” katanya sambil menunjukkan luka di tangannya.

Entah kenapa, aku merasa senang melihat luka di tangannya itu. Dan saat itu terlintas suatu pikiran di kepalaku. “Win, temenin gue jalan-jalan yuk, keliling-keliling aja..” Dia tertawa dan langsung setuju! Luar biasa, dia sama sekali tidak takut dan tidak curiga kalau aku punya niat jahat! Lalu dia naik ke motorku, dan aku pun tancap gas membawa dia pergi dari situ. Aku membawanya ke sebuah kawasan industri yang letaknya cukup jauh dari situ dan tempat ini memang sepi sekali. Maklum, tidak ada perumahan di sini, yang ada hanya bangunan pabrik dan sejenisnya.

Dia nampak mulai curiga dan bertanya, “Zal, kita mau kemana nih? Anterin gue balik aja deh, ya?”
Aku berhenti di sebuah bangunan tua di dekat situ dan menjawab, “Anterin pulang? Gue masih pengen sesuatu nih! Gue sebenernya suka ama lo, Win. Gue pusing, soalnya besok gue mau pergi ke luar negri!” (Aku tidak pernah menceritakan tentang rencana kepergianku pada teman-temanku, bahkan teman terdekatku sekalipun).
Winnie tampak kaget, “Ke luar negri? Ngapain Zal?”
“Ada urusan. Makanya, gue bilang ke lo supaya gue nggak penasaran.” jawabku munafik, padahal saat itu aku sangat menginginkan bisa menikmati tubuh Winnie.

Dan benar saja, nampaknya Winnie terjerat. Tidak lama setelah aku menebarkan jeratku, Winnie mulai terpengaruh dan dia menurut saja ketika kuajak dia ke samping bangunan tua itu. Bahkan bangunan itu pada siang hari hampir tidak pernah dikunjungi orang. Hanya lampu jalan saja yang menerangi tempat itu.

Kemudian aku nekat memeluknya dan mencium bibirnya. Saat itu aku merasakan Winnie berusaha menolak, tapi aku terus memaksa sehingga akhirnya Winnie pun membalas pelukanku. Aku dapat mencium harum tubuh Winnie yang semakin merangsangku.

Aku pun dapat merasakan payudara Winnie yang kenyal dan hangat menekan dadaku dan benar-benar terasa nikmat. Winnie yang sudah terpengaruh nafsu bahkan diam saja ketika tangan kiriku meraba dan meremas pantatnya sementara tangan kananku menurunkan celana pendek yang dipakainya. Sementara lidahku beraksi di dalam mulutnya. Winnie ternyata masih kurang pengalaman dalam berciuman, dapat kurasakan caranya membalas ciumanku. Namun, apa peduliku? Aku hanya menginginkan tubuhnya. Besok aku akan pergi ke luar negeri.

Aku melepaskan ciumanku, dan kemudian membuka T-Shirtnya. Seiring dengan itu, kedua payudaranya yang kencang dan memenuhi BH putihnya (bahkan sangat penuh!) berguncang. Aku bertanya kepadanya sambil meremas gumpalan daging miliknya yang kiri, yang masih tertutup BH.
“Win, tetek lo gede banget! Lo pake ukuran berapa sih?”
“Mhh.. gue.. pake.. 34C, Zal..” jawabnya.

Selanjutnya aku membaringkannya dan membuka celananya, dan dia memakai celana dalam putih tipis! Dapat kulihat bayangan bulu kemaluannya. Tidak lebat, memang. Aku sangat penasaran, maka aku pun melepaskan celana dalamnya. Winnie merapatkan kedua kakinya, untuk menutupi lubang rahasianya. Semakin penasaran akan keindahan tubuhnya, aku terakhir kali membuka BH-nya. Kedua daging kembar yang kenyal tersebut seperti melompat ketika BH-nya benar-benar terlepas. Besar dan indah sekali. Akan sangat nikmat bila tanganku meremas, mencengkram dan menggenggam gumpalan daging itu.

Sebelum aku beraksi lebih jauh, Winnie memotong, “Lo juga buka dong, Zal! Masa gue aja nih..”Aku turuti permintaannya. Dalam sekejap aku pun bertelanjang bulat di hadapannya. Batang penisku sudah menegang keras sejak tadi. Ukuranku tidaklah panjang, kurang lebih 15 cm. Tapi diameternya cukup besar jika dibandingkan dengan milik teman-temanku. Winnie menyeletuk, “Baru kali ini gue liat punya cowok langsung lho, Zal”.
Aku bertanya, “Lo belum penah main sama orang?”
“Belum.. Gue biasanya onani aja kok”

Aku tak bertanya lebih lanjut. Langsung saja kuraih Winnie dalam pelukanku, dan kuelus sebelah payudaranya dengan tangan kananku. Oh.. Nikmat sekali. Kenyal, padat dan aku bisa merasakan dagingnya yang begitu empuk! Sementara Winnie mengeluarkan suara desahan pelan. Aku mengambil posisi duduk, sementara kupangku Winnie berhadapan denganku. Tangan kananku masih mengelus-elus sebelah payudaranya, sementara mulutku meraih puting yang menonjol dari payudara lainnya. Putingnya berwarna merah, sedikit tua. Kusedot dengan sangat kuat sehingga Winnie terpekik kecil. “Uhh.. Zal, Lo nyusu ganas banget sihh.. Lo sedot sampe semua isi tetek gue keluar juga, nggak bakal ada air susunya..” komentar Winnie sambil meringis. Di bawah, penisku bersentuhan dengan bibir vaginanya. Hangat dan basah di sana. Aku bisa merasakan pula bulu kemaluannya pada penisku. Sedikit demi sedikit kugerakkan tubuhku agar alat sanggama kami saling bergesek. “Ah.. enak sekali rasanya..”

Selang kemudian Winnie lepas kontrol, sehingga dia berbisik di telingaku, “Uh.. Zal, jangan dielus aja dong, remes tetek gue.. gue nggak tahan kalo cuma digituin doang!”
“Ah, Lo isep dulu kontol gue deh, Win. Mau kan?”
Winnie mengangguk dan kepalanya menunduk di antara selangkanganku. Kemudian tak lama kurasakan hangat, basah dan geli luar biasa pada penisku. Winnie telah mengulum penisku. Rasanya luar biasa. Aku hanya bisa memegang rambutnya dan merasakan sejuta nikmat pada penisku. Terkadang Winnie menjilat atau menggigit dengan lembut batang penisku sehingga tubuhku bergetar keenakan. Sementara tangannya memijat halus kedua biji penisku. Tak hanya itu, bahkan Winnie juga mengulum kedua biji penisku itu. Dia menyedot dan memainkan lidahnya, membuatku seperti terbang.

Akhirnya merasakan penisku berdenyut-denyut, sehingga aku menghentikan Winnie dan membaringkannya. Aku di atas dan dia di bawah. Tanganku memegang tangannya. Kugesek-gesekkan batang penisku dengan bibir vagina dan klirotisnya sehingga Winnie mengerang merasakan nikmat. Kedua payudaranya berguncang-guncang pelan seirama dengan gerakanku. Gerakanku semakin cepat, dan kurasakan vagina Winnie sangat basah serta mengeluarkan banyak cairan. Winnie bahkan menjerit pelan.

“Win, gue masukin ya?”
Winnie diam saja. Diam artinya setuju kan? Maka aku pun siap tancap, aku mengambil posisi kesukaanku. Aku duduk di bawah sementara dia kupangku, kubuka liang vaginanya dengan kedua jariku, dan kududukkan dia di atasku. Perlahan penisku masuk ke dalam vaginanya. Sebelum selesai, kupaksa dia turun sehingga Winnie mengerang. Penisku seluruhnya berada dalam kehangatan genggaman vaginanya. Ohh.. enak luar biasa di dalamnya. Panas, sempit, dan berdenyut!

Winnie mulai bergerak naik turun di hadapanku. Akh.. penisku geli luar biasa. Winnie pun merintih-rintih sambil bergerak. Kedua tangannya bertopang pada bahuku, sementara kedua payudaranya tepat berada di depan wajahku. Bayangkan, kedua daging kenikmatan tersebut melonjak-lonjak di hadapanku. Aku tidak dapat menahan diri, kemudian tangan kananku meraup miliknya yang kiri, kucubit dan kupuntir puting susunya dengan telunjuk dan jempolku. Sementara lidahku menjilati puting susu, areola dan permukaan payudaranya yang lain. Cairan dari vagina Winnie menimbulkan bunyi berkecipak pada persenggamaan kami. Sekali lagi aku mengulum puting susunya dan menyedot sekuat yang kubisa. Kali ini membuat puting susu Winnie tertarik kencang karena gerakan Winnie yang naik turun sementara aku menarik puting susunya.

Winnie mengaduh, “Aduuh.. kalo gini ca..caranya, ukh.. isi tetek gue.. ekh.. bisa brojol.. ah.. keluar.. ekh.. ah.. nanti puting gue.. ukh.. ah bisa putussh..”
Mendengar perkataan Winnie tersebut semakin memompa nafsuku. Bahkan saat itu juga terlintas di kepalaku untuk melakukan sesuatu yang luar biasa. Aku tiba-tiba saja mengambil kendali persenggamaan tersebut. Kugenggam, kuremas dan kutarik kedua payudara Winnie ke arahku sehingga posisiku terlentang dan Winnie menindihku! Sekali lagi Winnie mengaduh-aduh dengan kekasaranku tadi. Selanjutnya, dengan masih menggunakan kedua payudaranya sebagai peganganku, aku mendorong Winnie sehingga dia terlentang dengan keras. Kali ini aku yang menindihnya. Pinggangku kugerakkan naik turun dengan kasar dan keras sehingga seakan-akan penisku berusaha mendobrak jebol vaginanya. Kali ini Winnie menjerit cukup keras! Tak sampai disitu, kuraih tubuh Winnie dan kupeluk dengan tangan kiriku. Tangan kananku menggenggam dan memeras payudara kirinya dengan kuat, seperti memeras santan. Aku bisa merasakan isi dari payudaranya di genggamanku.

“Adduhh, Zal! Lo bisa hancurin tetek gue.. aduh.. aduh.. lepasin dong!”
Aku tidak mempedulikannya. Bahkan aku menggigit bagian bawah payudaranya yang sebelah lagi. Aku berusaha menggigit setiap inci dari payudara tersebut. Tangan kananku pun semakin buas. Bukan hanya memeras, tapi juga menarik dan seakan berusaha mencabut daging kenyal tersebut dari tubuh Winnie. Aku semakin kasar sehingga Winnie menjerit-jerit, dan akhirnya pingsan. Hanya beberapa saat setelah Winnie pingsan, penisku berdenyut-denyut dan memuntahkan cairan nikmat ke dalam rahim Winnie. Aku terkulai lemas dan menindih tubuh Winnie yang telah pingsan. Pinggangku terasa amat pegal dan selangkanganku sedikit ngilu. Tapi aku merasa puas karena tanganku terasa enak. Tanganku telah beroperasi sebebasnya dan sepuasnya pada payudara Winnie. Penisku masih berada di dalam rahimnya, terasa panas.

Kemudian kucabut penisku dan aku memakai bajuku. Kutinggalkan Winnie yang pingsan dalam keadaan telanjang bulat. Sebelum pergi, aku menyentil puting susunya. Besok pagi aku akan berangkat ke Norwegia. Biar saja Winnie menyesali apa yang terjadi. Toh, aku tidak peduli. Hanya saja aku akan terus mengingat kenikmatan yang kuperoleh saat itu.

TAMAT


Nafsu Membara

Cerita Panas ~ Malam itu tanggal 2 Juni 1999 sekitar pukul 21.30. Aku di dalam mobilku sedang keliling-keliling kota Jakarta. Rencananya aku hendak meliput persiapan kampanye partai-partai yang katanya sudah ada di seputar HI. Aneh, kampanye resminya besok, tapi sudah banyak yang bercokol di putaran HI sejak malam ini. Kelihatannya mereka tidak mau kalah dengan partai-partai lain yang kemarin dan hari ini telah memanjat patung selamat datang, memasang bendera mereka di sana. Tercatat pp, PND, PBB, PKB, PAN dan PK telah berhasil. Dengan korban beberapa orang tentu saja. Entah apa yang dikejar mereka, para simpatisan itu. Kebanggaan? Atau sebuah ketololan. Kalau ternyata mereka tewas atau cedera, berartikah pengorbanan mereka? Apakah para ketua partai itu kenal sama mereka? Apakah pemimpin partai itu menghargai kenekadan mereka? Lho, kok aku bicara politik. Biarinlah. Macam-macam saja ulah mereka, maklumlah sudah saat kampanye terakhir buat partai-partai di Jakarta ini.

Di depan kedutaan Inggris aku parkirkan mobilku, bersama banyak mobil lainnya. Memang aku lihat ada beberapa kelompok, masing-masing dengan bendera partai mereka dan atribut yang bermacam-macam. Aku keluarkan kartu persku, tergantung di leher. Juga Nikon, kawan baik yang menjadi sumber nafkahku. Aku mendekati kerumunan simpatisan partai. Bergabung dengan mereka. Berusaha mencari informasi dan momen-momen penting yang mungkin akan terjadi.

Saat itulah pandanganku bertemu dengan tatap mata seorang gadis yang bergerombol dengan teman-temannya di atap sebuah mini bus. Wajahnya yang cantik tersenyum kepadaku. Gadis itu memakai kaos partai yang mengaku reformis,—aku rahasiakan saja baiknya—yang telah dipotong sedikit bagian bawahnya, sehinggs seperti model tank top, sedangkan bawahannya memakai mini skirt berwarna putih. Di antara teman-temannya, dia yang paling menonjol. Paling lincah, paling menarik.
“Mas, Mas wartawan ya?” katanya kepadaku.
“Iya”.
“Wawancarai kita dong”, Salah seorang temannya nyeletuk.
“Emang mau?”.
“Tentu dong. Tapi photo kita dulu..”

Mereka beraksi saat kuarahkan kameraku kepada mereka. Dengan lagak dan gaya masing-masing mereka berpose.
“Kenapa sudah ada di sini, sih? Bukankah ____ (nama partai) baru besok kampanyenya?”.
“Biarin Mas, daripada besok dikuasai partai lain?”.
“Memang akan terus di sini? Sampai pagi?”.
“Iya, demi ____ (nama partai), kami rela begadang semalaman.”
“Hebat.”
“Mas di sini aja, Mas. Nanti pasti ada lagi yang ingin manjat tugu selamat datang.” Kata gadis yang menarik perhatianku itu.

Aku pun duduk dekat mereka, berbincang tentang pemilu kali ini. Harapan-harapan mereka, tanggapan mereka, dan pendapat mereka. Mereka lumayan loyal terhadap partai mereka itu, walaupun tampak sedikit kecewa, karena pemimpin partai mereka itu kurang berani bicara. Padahal diproyeksikan untuk menjadi calon presiden. Aku maklum, karena tahu latar belakang pemimpin yang mereka maksudkan itu.
“Eh, nama kalian siapa?” Tanyaku, “Aku Ray.”
“Saya Diana.” Kata cewek manis itu, lalu teman-temannya yang lain pun menyebut nama. Kami terus bercakap-cakap, sambil minum teh botol yang dijual pedagang asongan.

Waktu terus berlalu. Beberapa kali aku meninggalkan mereka untuk mengejar sumber berita. Malam itu bundaran HI didatangi Kapolri yang meninjau dan ‘menyerah’ melihat massa yang telah bergerombol untuk pawai dan kampanye, karena jadwal resminya adalah pukul 06.00 – 18.00.
Saat aku kembali, gerombolan Diana masih ada di sana.
“Saya ke kantor dulu ya, memberikan kaset rekaman dan hasil photoku. Sampai ketemu.” Pamitku.
“Eh, Mas, Mas Ray! Kantornya “x” (nama koranku), khan. Boleh saya menumpang?” Diana berteriak kepadaku.
“Kemana?”
“Rumah. Rumah saya di dekat situ juga.”
“Boleh saja.” Kataku, “Tapi katanya mau tetap di sini? Begadang?”
“Nggak deh. Ngantuk. Boleh ya? Gak ada yang mau ngantarin nih.”
Aku pun mengangguk. Tapi dari tempatku berdiri, aku dapat melihat di dalam mini bus itu ada sepasang remaja berciuman.

Benar-benar kampanye, nih? Sama saja kejadian waktu meliput demontrasi mahasiswa dulu. Waktu teriak, ikutan teriak. Yang pacaran, ya pacaran. (Ini cuma sekedar nyentil, lho. Bukan menghujat. Angkat topi buat gerakan mahasiswa kita! Peace!)
Diana menggandengku. Aku melambai pada rekan-rekannya.
“Diana! Pulang lho! Jangan malah..” Teriak salah seorang temannya.
Diana cuma mengangkat tinjunya, tapi matanya kulihat mengedip.

Lalu kami pun menuju mobilku. Dengan lincah Diana telah duduk di sampingku. Mulutnya berkicau terus, bertanya-tanya mengenai profesiku. Aku menjawabnya dengan senang hati. Terkadang pun aku bertanya padanya. Dari situ aku tahu dia sekolah di sebuah SMA di daerah Bulungan, kelas 2. Tadi ikut-ikutan teman-temannya saja. Politik? Pusing ah mikirinnya.
Usianya 17, tapi tidak mendaftar pemilu tahun ini. Kami terus bercakap-cakap. Dia telah semakin akrab denganku.
“Kamu sudah punya pacar, belum?” Tanyaku.
“Sudah.” Nadanya jadi lain, agak-agak sendu.
“Tidak ikut tadi?”
“Nggak.”
“Kenapa?”
“Lagi marahan aja.”
“Wah.., gawat nih.”
“Biarin aja.”
“Kenapa emangnya?”
“Dia ketangkap basah selingkuh dengan temanku, tapi tidak mengaku.”
“Perang, dong?”
“Aku marah! Eh dia lebih galak.”
“Dibalas lagi dong. Jangan didiemin aja.”
“Gimana caranya?” Tanyanya polos.
“Kamu selingkuh juga.” Jawabku asal-asalan.
“Bener?”
“Iya. Jangan mau dibohongin, cowok tu selalu begitu.”
“Lho, Mas sendiri cowok.”
“Makanya, aku tak percaya sama cowok. Sumpah, sampai sekarang aku tak pernah pacaran sama cowok. Hahaha.”
Dia ikut tertawa.

Aku mengambil rokok dari saku depan kemejaku, menyalakannya. Diana meminta satu rokokku. Anak ini badung juga. Sambil merokok, dia tampak lebih rileks, kakinya tanpa sadar telah nemplok di dashboardku. Aku merengut, hendak marah, tapi tak jadi, pahanya yang mulus terpampang di depanku, membuat gondokku hilang.

Setelah itu aku mulai tertarik mencuri-curi pandang. Diana tak sadar, dia memejamkan mata, menikmati asap rokok yang mengepul dan keluar melalui jendela yang terbuka. Gadis ini benar-benar cantik. Rambutnya panjang. Tubuhnya indah. Dari baju kaosnya yang pendek, dapat kulihat putih mulus perutnya. Dadanya mengembang sempurna, tegak berisi.
Tanpa sadar penisku bereaksi.
Aku menyalakan tape mobilku. Diana memandangku saat sebuah lagu romantis terdengar.
“Mas, setelah ini mau kemana?”
“Pulang. Kemana lagi?”
“Kita ke pantai saja yuk. Aku suntuk nih.” Katanya menghembuskan asap putih dari mulutnya.
“Ngapain”
“Lihat laut, ngedengerin ombak, ngapain aja deh. Aku males pulang jadinya. Selalu ingat Ipet, kalau aku sendirian.”
“Ipet?”
“Pacarku.”
“Oh. Tapi tadi katanya ngantuk?”
“Udah terbang bersama asap.” Katanya, tubuhnya doyong ke arahku, melingkarkan lengan ke bahuku, dadanya menempel di pangkal tangan kiriku. Hangat.
“Bolehlah.” Kataku, setelah berpikir kalau besok aku tidak harus pagi-pagi ke kantor. Jadi setelah mengantar materi yang kudapat kepada rekanku yang akan membuat beritanya, aku dan Diana menuju arah utara. Ancol! Mana lagi pantai di Jakarta ini.

Aku parkirkan mobil Kijangku di pinggir pantai Ancol. Di sana kami terdiam, mendengarkan ombak, begitu istilah Diana tadi. Sampai setengah jam kami hanya berdiam. Namun kami duduk telah semakin rapat, sehingga dapat kurasakan lembutnya tubuh yang ada di sampingku.

Tiba-tiba Diana mencium pipiku.
“Terima kasih, Mas Ray.”
“Untuk apa?”
“Karena telah mau menemani Diana.”
Aku hanya diam. Menatapnya. Dia pun menatapku. Perlahan menunduk. Kunikmati kecantikan wajahnya. Tanpa sadar aku raih wajahnya, dengan sangat perlahan-lahan kudekatkan wajahku ke wajahnya, aku cium bibirnya, lalu aku tarik lagi wajahku agak menjauh. Aku rasakan hatiku tergetar, bibirku pun kurasakan bergetar, begitu juga dengan bibirnya. Aku tersenyum, dan ia pun tersenyum. Kami berciuman kembali. Saat hendak merebahkannya, setir mobil menghalang gerakan kami. Kami berdua pindah ke bangku tengah Kijangku. Aku cium kening Diana terlebih dahulu, kemudian kedua matanya, hidungnya, kedua pipinya, lalu bibirnya. Diana terpejam dan kudengar nafasnya mulai agak terasa memburu, kami berdua terbenam dalam ciuman yang hangat membara. Tanganku memegang dadanya, meremasnya dari balik kaos tipis dan BHnya.

Sesaat kemudian kaos itu telah kubuka. Aku arahkan mulutku ke lehernya, ke pundaknya, lalu turun ke buah dadanya yang indah, besar, montok, kencang, dengan puting yang memerah. Tanganku membuka kaitan BH hitamnya. Aku mainkan lidahku di puting kedua buah dadanya yang mulai mengeras. Yang kiri lalu yang kanan.
“Mas Ray, kamu tau saja kelemahan saya, saya paling nggak tahan kalo dijilat susu saya.., aahh..”.

Aku pun sudah semakin asyik mencumbu dan menjilati puting buah dadanya, lalu ke perutnya, pusarnya, sambil tanganku membuka mini skirtnya.
Terpampanglah jelas tubuh telanjang gadis itu. Celana dalamnya yang berwarna hitam, menerawangkan bulu-bulu halus yang ada di situ. Kuciumi daerah hitam itu.

Aku berhenti, lalu aku bertanya kepada Diana
“Diana kamu udah pernah dijilatin itunya?”
“Belum.., kenapa?”.
“Mau nyoba nggak?”.
Diana mengangguk perlahan.
Takut ia berubah pikiran, tanpa menunggu lebih lama lagi langsung aku buka celana dalamnya, dan mengarahkan mulutku ke kemaluan Diana yang bulunya lebat, kelentitnya yang memerah dan baunya yang khas. Aku keluarkan ujung lidahku yang lancip lalu kujilat dengan lembut klitorisnyana.
Beberapa detik kemudian kudengar desahan panjang dari Diana
“sstt.. Aahh!!”
Aku terus beroperasi di situ
“aahh.., Mas Ray.., gila nikmat bener.., Gila.., saya baru ngerasain nih nikmat yang kayak gini.., aahh.., saya nggak tahan nih.., udah deh..”

Lalu dengan tiba-tiba ia menarik kepalaku dan dengan tersenyum ia memandangku. Tanpa kuduga ia mendorongku untuk bersandar ke bangku, dengan sigapnya tangannya membuka sabuk yang kupakai, lalu membuka zipper jins hitamku. Tangannya menggapai kemaluanku yang sudah menegang dan membesar dari tadi. Lalu ia memasukkan batang kemaluanku yang besar dan melengkung kedalam mulutnya.
“aahh..” Lenguhku
Kurasakan kehangatan lidah dalam mulutnya. Namun karena dia mungkin belum biasa, giginya beberapa kali menyakiti penisku.
“Aduh Diana, jangan kena gigi dong.., Sakit. Nanti lecet..”

Kuperhatikan wajahnya, lidahnya sibuk menjilati kepala kemaluanku yang keras, ia jilati melingkar, ke kiri, ke kanan, lalu dengan perlahan ia tekan kepalanya ke arahku berusaha memasukkan kemaluanku semaksimal mungkin ke dalam mulutnya. Namun hanya seperempat dari panjang kemaluanku saja kulihat yang berhasil terbenam dalam mulutnya.
“Ohk!, aduh Mas Ray, cuma bisa masuk seperempat..”
“Ya udah Diana, udah deh jangan dipaksaain, nanti kamu tersedak.”
Kutarik tubuhnya, dan kurebahkan ia di seat Kijangku. Lalu ia membuka pahanya agak lebar, terlihat samar-samar olehku kemaluannya sudah mulai lembab dan agak basah. Lalu kupegang batang kemaluanku, aku arahkan ke lubang kemaluannya. Aku rasakan kepala kemaluanku mulai masuk perlahan, kutekan lagi agak perlahan, kurasakan sulitnya kemaluanku menembus lubang kemaluannya.
Kudorong lagi perlahan, kuperhatikan wajah Diana dengan matanya yang tertutup rapat, ia menggigit bibirnya sendiri, kemudian berdesah.
“sstt.., aahh.., Mas Ray, pelan-pelan ya masukkinnya, udah kerasa agak perih nih..”

Dan dengan perlahan tapi pasti kudesak terus batang kemaluanku ke dalam lubang kemaluan Diana, aku berupaya untuk dengan sangat hati-hati sekali memasukkan batang kemaluanku ke lubang vaginanyana. Aku sudah tidak sabar, pada suatu saat aku kelepasan, aku dorong batang kemaluanku agak keras. Terdengar suara aneh. Aku lihat ke arah batang kemaluanku dan kemaluan Diana, tampak olehku batang kemaluanku baru setengah terbenam kedalam kemaluannya. Diana tersentak kaget.
“Aduh Mas Ray, suara apaan tuh?”
“Nggak apa-apa, sakit nggak?”
“Sedikit..”
“Tahan ya.., sebentar lagi masuk kok..”

Dan kurasakan lubang kemaluan Diana sudah mulai basah dan agak hangat. Ini menandakan bahwa lendir dalam kemaluan Diana sudah mulai keluar, dan siap untuk penetrasi. Akhirnya aku desakkan batang kemaluanku dengan cepat dan tiba-tiba agar Diana tidak sempat merasakan sakit, dan ternyata usahaku berhasil, kulihat wajah Diana seperti orang yang sedang merasakan kenikmatan yang luar biasa, matanya setengah terpejam, dan sebentar-sebentar kulihat mulutnya terbuka dan mengeluarkan suara. “sshh.., sshh..”
Lidahnya terkadang keluar sedikit membasahi bibirnya yang sensual. Aku pun merasakan nikmat yang luar biasa. Kutekan lagi batang kemaluanku, kurasakan di ujung kemaluanku ada yang mengganjal, kuperhatikan batang kemaluanku, ternyata sudah masuk tiga perempat kedalam lubang kemaluan Diana.

Aku coba untuk menekan lebih jauh lagi, ternyata sudah mentok.., kesimpulannya, batang kemaluanku hanya dapat masuk tiga perempat lebih sedikit ke dalam lubang kemaluan Diana. Dan Diana pun merasakannya.
“Aduh Mas Ray, udah mentok, jangan dipaksain teken lagi, perut saya udah kerasa agak negg nih, tapi nikmat.., aduh.., barangmu gede banget sih Mas Ray..”

Aku mulai memundur-majukan pantatku, sebentar kuputar goyanganku ke kiri, lalu ke kanan, memutar, lalu kembali ke depan ke belakang, ke atas lalu ke bawah. Kurasakan betapa nikmat rasanya kemaluan Diana, ternyata lubang kemaluan Diana masih sempit, walaupun bukan lagi seorang perawan. Ini mungkin karena ukuran batang kemaluanku yang menurut Diana besar, panjang dan kekar. Lama kelamaan goyanganku sudah mulai teratur, perlahan tapi pasti, dan Diana pun sudah dapat mengimbangi goyanganku, kami bergoyang seirama, berlawanan arah, bila kugoyang ke kiri, Diana goyang ke kanan, bila kutekan pantatku Diana pun menekan pantatnya.

Semua aku lakukan dengan sedikit hati-hati, karena aku sadar betapa besar batang kemaluanku untuk Diana, aku tidak mau membuatnya menderita kesakitan. Dan usahaku ini berjalan dengan mulus. Sesekali kurasakan jari jemari Diana merenggut rambutku, sesekali kurasakan tangannya mendekapku dengan erat.
Tubuh kami berkeringat dengan sedemikian rupa dalam ruangan mobil yang mulai panas, namun kami tidak peduli, kami sedang merasakan nikmat yang tiada tara pada saat itu. Aku terus menggoyang pantatku ke depan ke belakang, keatas kebawah dengan teratur sampai pada suatu saat.
“Aahh Mas Ray.., agak cepet lagi sedikit goyangnya.., saya kayaknya udah mau keluar nih..”
Diana mengangkat kakinya tinggi, melingkar di pinggangku, menekan pantatku dengan erat dan beberapa menit kemudian semakin erat.., semakin erat.., tangannya sebelah menjambak rambutku, sebelah lagi mencakar punggungku, mulutnya menggigit kecil telingaku sebelah kanan, lalu terdengar jeritan dan lenguhan panjang dari mulutnya memanggil namaku.
“Mas Ray.., aahh.., mmhhaahh.., Aahh..” Dia kelojotan. Kurasakan lubang kemaluannya hangat, menegang dan mengejut-ngejut menjepit batang kemaluanku.
“aahh.., gila.., Ini nikmat sekali..” Teriakku.

Baru kurasakan sekali ini lubang kemaluan bisa seperti ini. Tak lama kemudian aku tak tahan lagi, kugoyang pantatku lebih cepat lagi keatas kebawah dan, Tubuhku mengejang.
“Mas Ray.., cabut.., keluarin di luar..”
Dengan cepat kucabut batang kemaluanku lalu sedetik kemudian kurasakan kenikmatan luar biasa, aku menjerit tertahan
“aahh.., ahh..” Aku mengerang.
“Ngghh.., ngghh..”
Aku pegang batang kemaluanku sebelah tangan dan kemudian kurasakan muncratnya air maniku dengan kencang dan banyak sekali keluar dari batang kemaluanku.
Chrootth.., chrootthh.., crothh.., craatthh.., sebagian menyemprot wajah Diana, sebagian lagi ke payudaranya, ke dadanya, terakhir ke perut dan pusarnya.

Kami terkulai lemas berdua, sambil berpelukan.
“Mas Ray.., nikmat banget main sama kamu, rasanya beda sama kalo saya gituan sama Ipet. Enakan sama kamu. Kalau sama Ipet, saya tidak pernah orgasme, tapi baru sekali disetubuhi kamu, saya bisa sampai, barang kali karena barang kamu yang gede banget ya?” Katanya sambil membelai batangku yang masih tegang, namun tidak sekeras tadi.
“Saya nggak bakal lupa deh sama malam ini, saya akan inget terus malem ini, jadi kenangan manis saya”
Aku hanya tersenyum dengan lelah dan berkata “Iya Diana, saya juga, saya nggak bakal lupa”.

Kami pun setelah itu menuju kostku, kembali memadu cinta. Setelah pagi, baru aku mengantarnya pulang. Dan berjanji untuk bertemu lagi lain waktu.

TAMAT


Ketagihan Seks

Cerita Panas ~ Sewaktu aku masih di SMU, aku mempunyai teman akrab yang ayahnya seorang pejabat tinggi di kantor pajak. Kami sering bolos sekolah berdua, dan kalau temanku ada yang mengganggu, aku selalu membelanya, karena aku kebetulan mempunyai ilmu bela diri sabuk hitam. Suka duka sering kami lalui bersama.

Singkat cerita, aku dan temanku naksir gadis adik kelas 1 SMU. Kemudian kami mempunyai rencana saling membantu untuk mendapatkan gadis incaran kami tersebut. Tetapi sayangnya sampai kami berdua lulus SMU, gadis incaran kami belum juga dapat kami miliki. Akhirnya kuputuskan untuk melupakan gadis impianku tersebut. Tetapi temanku masih bertekad untuk mendapatkan gadis incarannya sejak SMU, akhirnya aku pun membantu temanku untuk mendapatkan gadis tersebut. Kendala yang dialami oleh temanku adalah karena dia masih mempunyai kekasih sejak kelas 1 SMU. Tetapi aku mengatur siasat bagaimana caranya agar gadis incaran temanku itu dapat menjadi kekasihnya yang baru. Oh iya, nama temanku sebut saja Budi dan gadis incarannya bernama Ica.

Karena aku sering bertemu dengan Ica, akhirnya kami menjadi sangat akrab. Banyak teman-temanku mengira aku berpacaran dengan Ica, padahal aku menganggap Ica sebagai adikku sendiri. Karena kegigihanku, akhirnya Ica menaruh hati terhadap Budi teman akrabku. Budi memutuskan kekasihnya yang lama dan berpacaran dengan Ica. Tetapi tidak lama mereka berpacaran, Budi diberangkatkan orangtuanya ke Amerika untuk Kuliah. Sebelum berangkat, Budi sempat berpesan kepadaku agar aku menjaga Ica. Akhirnya Budi dan Ica berpacaran jarak jauh, tetapi walaupun begitu mereka berpacaran hingga setahun lebih. Ketika itu aku sudah jarang bertemu dengan Ica, karena aku sangat sibuk dengan kegiatanku.

Hingga suatu hari, Ica meneleponku agar aku datang ke rumahnya, katanya ada masalah antara Ica dengan Budi. Setelah kudatangi Ica di rumahnya, dia bercerita bahwa Budi sudah mulai berubah, karena Budi sudah kecanduan narkotik. Dan yang membuatku kaget serta heran adalah Ica rela memberikan keperawanannya kepada Budi asalkan dia mau berhenti mengkonsumsi narkotik. Tetapi Ica kecewa karena Budi memilih narkotik daripada Ica sebagai kekasihnya yang dengan rela memberikan tubuhnya dengan tujuan menyelamatkan Budi dari kecanduan narkotik. Aku tidak dapat memberikan komentar banyak kepada Ica, aku hanya berusaha untuk mengingatkan Budi agar menjauhi dunia narkotika, dan menyadari Budi bahwa Ica sangat mencintainya dengan sepenuh hati.

Tetapi setelah aku bertemu Budi, dia tidak menanggapi perkataanku, malahan kami hampir berkelahi. Namun aku mengalah untuk meninggalkannya. Kemudian aku temui Ica dan menceritakan semuanya tanpa ada yang kututupi. Dan aku menyarankan kepada Ica agar melupakan Budi dan konsentrasi untuk ujian tingkat akhir, karena pada waktu itu Ica sedang menghadapi Ebtanas SMU dan Ujian UMPTN. Aku selalu menemui dan menemani kemanapun Ica pergi. Sampai-sampai aku rela mengontrak rumah di dekat rumahnya.

Setelah Ica lulus dari SMU, dia mengajakku berlibur bersama teman-temannya di Anyer. Kebetulan orangtua Ica mempunyai villa lumayan besar di kawasan Anyer. Aku dipercaya oleh orangtua Ica untuk menjaga Ica dan temannya selama berlibur di Anyer. Kami berlibur selama 4 hari di Anyer. Aku tidur bersama dengan teman-teman Ica yang laki-laki. Setiap malam aku menemani Ica dan teman-temannya pergi ke diskotik di kawasan tersebut. Hingga suatu ketika, pada malam ketiga Ica tidak ikut teman-temannya pergi ke diskotik, alasannya dia ingin menikmati suasana malam di pinggir pantai Anyer. Maka berangkatlah semua teman-teman Ica ke tempat hiburan di sekitar Villa.

Aku menemani Ica di Villanya, walaupun dia menyuruhku pergi bergabung bersama teman-temannya. Aku memberikan pengertian kepada Ica bahwa aku harus menemani dan menjaga Ica sesuai pesan orangtuanya. Ica mengajakku bertukar pikiran mengenai masa lalunya dan rencana masa depannya. Aku mendengarkan seluruh curahan hatinya dan aku pun memberikan masukan positif untuk Ica. Tidak terasa kami berbincang-bincang hingga larut malam, dan cuaca dingin pun mulai menyentuh kulit kami. Secara tidak sadar, kami mendekatkan diri kami untuk menghilangkan rasa dingin. Secara spontan aku memeluk tubuh Ica karena kulihat dia kedinginan. Entah karena cuaca dingin yang menggoda kami, tiba-tiba tubuh kami saling berpelukan rapat.

Aku tidak sengaja menyentuh payudaranya yang kenyal dan besar, karena Ica mempunyai ukuran BH 36B. Dan Ica pun menyentuh kemaluanku yang mulai menegang dengan pahanya. Kami saling berpandangan tanpa keluar sepatah kata pun dari bibir kami. Jantungku berdebar-debar, aku merasakan bahwa aku sebenarnya menyukai Ica. Kemudian aku mulai mendekatkan bibirku untuk melumat bibir Ica yang seksi. Dan ternyata Ica pun membalas ciumanku dengan sepenuh hati. Kami saling berpagutan cukup lama. Kemudian kutarik bibirku dan mulai menciumi seluruh wajahnya dengan penuh kasih sayang. Aku mendengar nafas Ica yang mulai tidak beraturan, kemudian sambil mencium telinganya aku membisikkan bahwa aku meyukai dan mencintainya. Ternyata dia pun menyukaiku dengan memberikan tanda anggukkan kepalanya.

Tangan kiriku mulai membelai rambutnya yang panjang sebahu, sedangkan tangan kananku mulai meraba tubuhnya. Tanpa kusadari akhirnya aku menyentuh payudaranya yang kenyal dan sudah kencang, sehingga membuatku gemas untuk meremas payudaranya dengan penuh kelembutan. Nafas Ica mulai memburu kencang ketika aku menyingkap kain pantai yang hanya dililitkan di pinggangnya. Aku mulai meraba-raba pahanya yang putih mulus, kemudian tanganku mulai menggerayangi tubuhnya di balik kaos putih yang dikenakannya. Tangan kiriku ikut memainkan tali BH-nya, ketika aku mulai memainkan puting payudaranya yang sudah mengeras, tiba-tiba tangan kiri Ica mulai menyelusup ke dalam celana pendek yang kukenakan dan memijat-mijat kemaluanku yang sudah mengeras seluruhnya. Kami sudah larut dalam kenikmatan yang sebelumnya belum pernah kami rasakan.

Kemudian tangan kananku mulai menyusup ke dalam celana dalam Ica, dan mengelus rambut kemaluannya yang lebat. Aku mulai menyentuh bibir kemaluannya dan memasukkan jariku ke dalam liang keperawanannya, aku merasakan vagina Ica sudah basah, ia mengerang menahan nikmat.Tiba-tiba Ica mendorong tanganku dan berkata, “Andy, aku tidak kuat berlama-lama berada di luar.”
Kemudian Ica berdiri dan menarikku dengan setengah berlari menuju ke Villa.

Setelah berada di dalam Villa, Ica mengajakku masuk ke dalam kamarnya. Ketika sampai di kamar, Ica mulai membuka seluruh pakaiannya dan yang tersisa hanya celana dalamnya saja. Tanpa menunggu lebih lama lagi, aku pun membuka pakaianku dan hanya celana dalam saja yang kukenakan. Ica menarikku ke atas ranjang, dan rebahan dengan posisi yang sangat menantang. Aku mulai menggerayangi tubuhnya dengan kedua tanganku dan menciumi serta menjilat tubuhnya mulai dari kakinya hingga kemudian wajahnya. Aku sangat bernafsu sekali ketika Ica menyuruhku untuk menjilat, menciumi payudara dan puting susunya yang menonjol keras dengan warna coklat muda kemerahan.

Kemudian aku mulai membuka celana dalamku dan celana dalam milik Ica. Kuusap bulu-bulu yang tumbuh lebat di sekitar liang kewanitaan Ica. Aku mulai memasukkan dua jariku ke dalam liangnya yang sudah basah oleh lendir dari dalam kemaluannya. Ica mengerang dan tubuhnya menggeliat menahan nikmat.
Nafasnya sangat berat dan yang terdengar hanya desahan dan rintihannya, “Andy terus Dy, Ooohh.. sshh..!”
Kemudian Ica bangun dan mendorongku hingga telentang. Ica mulai memegang penisku yang besar dan panjang sambil dikocok-kocok dengan gemas.

Ica mulai mendekatkan wajahnya dan menjilat serta mengulum batang kemaluanku hampir seluruhnya. Perasaanku terbang melayang menahan rasa geli dan nikmat tiada tara. Setelah Ica puas mengulum batang kejantananku, dia pun mengambil posisi telentang dengan kaki dibuka selebar-lebarnya. Tanpa menunggu lama, aku mulai menuntun batang kejantananku untuk dimasukkan ke dalam liang senggama Ica. Ica menahan sakit karena dia masih perawan. Ia memintaku untuk memasukkan batang rudalku ke dalam vaginanya secara pelan-pelan. Aku menuruti keinginannya, hingga akhirnya seluruh batang kemaluanku masuk ke dalam liang keperawanannya.

Aku mulai menggerakkan pinggul dan pantatku, sehingga batang kemaluanku keluar masuk liang kewanitaan Ica yang sudah banjir. Hingga akhirnya aku mulai merasakan sesuatu yang akan keluar dari batangku, aku berniat ingin mengeluarkan air maniku di atas tubuh Ica, tetapi Ica menarik pantatku sehingga batang kejantananku terbenam masuk seluruhnya ke dalam liang kenikmatannya dan aku memuntahkan air maniku di dalam rahim Ica. Aku juga merasakan cairan hangat yang keluar dari dalam liang kemaluan Ica. Kami sama-sama menjerit, penuh dengan rasa nikmat dan puas. Tetapi kami mengulangi perbuatan tersebut hingga pagi hari.

Kami mulai ketagihan untuk melakukan hubungan seks, bukan hanya selama liburan di Anyer saja, tetapi berlanjut hingga kini. Tetapi kami tidak dapat menikah karena Ica sudah mempunyai calon suami yang ternyata sepupunya, dan aku pun sudah mempunyai seorang calon istri. Tetapi hingga sekarang kami melakukan hubungan seks bukan dengan calon pasangan kami, aku dan Ica sengaja ingin melakukan hubungan seks sepuas-puasnya, karena Aku dan Ica tidak mungkin bersatu dalam hubungan suami istri.

TAMAT